kalo kalian pernah baca ff ini dengan judul dan cerita yang sama namun pemainnya beda .. itu semua di karenakan penulisnya sama ^^ enjoy~
Jaejoong’s POV
[Flashback, 2 tahun yang lalu]
Hari ini aku mulai berkerja di sebuah rumah sakit internasional. Sebagai dokter ahli jantung. Beberapa minggu yang lalu aku menyerahkan hasil penelitianku mengenai penyakit jantung bawaan kepada pemilik rumah sakit tersebut. Dan karena penelitianku terbilang bagus, aku diterima sebagai dokter di sana.
Aku berdebar saat memasuki lobby rumah sakit. Para suster berlalu lalang mengantarkan obat. Pertama-tama aku harus menemukan kantor direktur rumah sakit ini. Dimana ya ?? Aku menekan tombol lift untuk menuju lantai atas. Saat pintu lift terbuka, seorang gadis berlari keluar dan menabrakku.
“Ah, maaf aku tak melihatmu !! Aku sedang buru-buru !!!” kata gadis itu sambil mengulurkan tangannya.
“Tidak apa-apa, aku yang minta maaf karena berdiri di depan lift..” jawabku sambil menyambut uluran tangannya.
Tangan gadis itu dingin dan berkeringat. Rambut gadis itu bergelombang namun agak berantakan. Matanya tidak sipit, namun tidak bulat. Wajahnya pucat, namun tidak mengurangi kecantikannya.
“HEEEII !! CHUNGHEE ?!! MAU KEMANA KAMU ?!! AYO KEMBALI !!!!” teriak seorang dokter dari lorong yang menuju tangga daurat.
Gadis itu terkejut melihat dokter tersebut. Ia langsung berlari menabrak beberapa suster yang berlalu lalang. Melihat gadis itu, suster tersebut menjadi histeris dan mengejar gadis itu. Dokter yang tadi membuat gadis itu lari menghampiriku.
“Hei ! Kau pasti dokter baru itu kan ??” tanya dokter tersebut dengan nafas terengah-engah.
“Iya, aku Kim Jaejoong..” sapaku.
“Aku Lee Hyukjae.. Salam kenal. Oh ya, bisa kau bantu kami menangkap gadis itu ?” pintanya.
“Siapa dia ?” tanyaku.
“Dia dongsaengku… Sebenarnya, dia seorang pasien…..” jelas Hyukjae.
“Oh, baiklah..”
Aku dan Hyukjae berlari mengejar gadis itu. Saat kamui berhasil memojokkan gadis itu, gadis itu tiba-tiba berjongkok dan memegangi dadanya sambil merintih kesakitan.
“Argh! Sakiiit !!!!” rintih gadis itu.
“Chunghee ?!! Apa yang terjadi ?!!” tanya Hyukjae panic.
“Oppa, sakiit… hiks..” gadis itu mulai menangis.
Kami pun mendekati gadis itu. Tiba-tiba gadis itu malah tersenyum dan mendorong kami berdua dengan kuat. Heran, orang sakit kok bisa sekuat itu ??
“Daaahh~~!!!” ejek gadis itu seraya berlari lagi
“Sial, aku tertipu lagi..” umpat Hyukjae.
“Biar aku yang mengejarnya, sekarang anda panggil saja beberapa suster..” kataku.
“Baik !”
Kami pun berpencar. Aku mengejar gadis itu dan Hyukjae memanggil suster. Gadis itu gesit juga. Ia berlari kelantai dua menggunakan lift, sementara aku harus menggunakan tangga darurat. Ternyata aku mendahului lift tersebut. Saat pintu lift terbuka, dan ia keluar aku mengangkatnya sambil mencari Hyukjae.
“Kyaa~!!! Lepaskan !!!!” teriak gadis itu sambil meronta-ronta.
“Tidak !!” tolakku.
“Kyaa~~!!! TOLONG !!!!!!!!!!!!!” teriak gadis itu.
“Percuma kau minta tolong. Aku akan membawamu ke tempat Hyukjae” ujarku cuek.
“Kyaa… Sakiit~~!!” rintih gadis itu.
“Bohong saja terus..” sahutku.
“Ti.. .Tidak.. Ka..li ii..ni se..riuus.. Argh !!!” gadis itu mengerang kesakitan.
Aku menurunkan gadis itu dari gendonganku. Dia serius… Wajahnya makin pucat dan berkeringat dingin.
“Di mana kamarmu ??!” tanyaku setengah panic.
“Lantai 3, nomor 256..” jawab gadis itu.
Aku pun mengangkatnya lagi ke dalam lift dan menekan tombol 3.
“Argh !!!” rintih gadis itu.
RIntihan gadis itu sungguh menyayat hati. Aku pun menenangkannya. Namun, gadis itu makin merintih kesakitan. Saat sampai di lantai 3, aku mencari kamar nomor 256… 245… 255… Bingo ! Aku menemukan kamar 256. Aku langsung masuk dan menidurkan gadis itu di tempat tidurnya.
“Argh~!! Sakiiit.. Oppa..!!!!!!!!!!” erang gadis itu.
AKu tidak tega melihatnya kesakitan begitu. Aku menekan tombol untuk memanggil dokter dan suster. Keduanya kutekan. Namun, gadis itu makin mengerang kesakitan. Seolah-olah aku bisa merasakan kesakitannya, aku memeluk gadis tersebut.
“Tenanglah sedikit… Sabar oke ? Sebentar lagi, dokter Hyukjae akan datang..” aku berusaha menenangkannya walaupun aku sendiri panic.
Tiba-tiba pintu dibuka, aku pun melepaskan pelukanku. Ternyata Hyukjae dan beberapa orang suster.
+++
Setelah situasi agak tenang, dokter Hyukjae memperkenalkan dirinya lagi.
“Aku Lee Hyukjae. Kau bisa memanggilku Eunhyuk. Kakak dari Lee Chunghee. Sejak 2 tahun lalu aku bekerja di sini sebagai dokter untuk Chunghee. Dan ayah kami sebenarnya adalah direktur rumah sakit ini.. Jadi kalau kau ingin menyerahkan berkas-berkas, serahkan saja padaku. Nanti akan kusampaikan…” jelas Hyukjae panjang lebar.
“Boleh aku tahu.. Sebenarnya penyakit apa yang di derita Chunghee ???” tanyaku.
“Penyakit jantung bawaan. Ibu kami meninggal karena penyakit tersebut. Sebenarnya aku juga punya kelainan jantung, namun tidak parah. Bahkan, sudah terbilang sembuh karena aku melakukan operasi jantung.” Jawab Hyukjae.
“Lalu, mengapa Chunghee tidak mau melakukan operasi tersebut ??” tanyaku.
“Ibu kami meninggal karena operasinya gagal..” jawab Hyukjae dengan sedih.
“Maafkan aku..”
[End of Flashback]
“Jagiya, apa kabar ?” tanyaku pada seorang gadis yang sedang duduk termenung memandang keluar jendela.
“Baik” jawab gadis itu dengan senyum manisnya.
“Waktunya pemeriksaan…” aku tersenyum padanya.
Ya, dialah Lee Chunghee. Kekasihku sekaligus pasienku. Selama 3 bulan aku menjadi dokter untuknya selain Eunhyuk, aku jatuh cinta padanya. Dan saat aku menyatakan perasaanku, ternyata perasaanku bersambut.
“Jagiya, berapa lama lagi aku akan hidup ?” tanya Chunghee.
“Masih lama, karena aku akan menyembuhkanmu..” jawabku optimis.
“Jagi..” panggilnya.
“Apa ??” sahutku.
“Aku takut..” rajuknya.
“Jangan khawatir, setelah kondisi fisikmu membaik.. Kamu akan di operasi !” jawabku riang.
Ia hanya tersenyum mendengar perkataanku.
End of Jaejoong’s POV
Chunghee’s POV
Aku adalah gadis yang paling beruntung, mempunyai kekasih sebaik Jaejoong. Namun, apa aku bisa membahagiakan dirinya ?? Selama ini yang ku perbuat hanyalah menyusahkan dirinya. Aku selalu membuatnya khawatir di saat penyakitku kambuh. Entah mengapa, aku merasa waktuku hampir habis.
[Flashback]
“Jaejoong-aaahhh~~!!!!” pekikku.
“CHunghee ?!! Ada apa ??!! Apa yang terjadi ?!!” tanya Jaejoong dengan panic.
“ARRGGHH !!! SAKIIT” erangku sambil memeluk diriku sendiri.
“Tunggu sebentar, aku akan mengambilkan obat..” jawabnya.
“Jaejoong…” bisikku.
“Ini.. minumlah..” kata Jaejoong sambil menyodorkan obat.
“AAAAARRRRRRRGGGGHHH!!!!” erangku.
Aku serasa terbakar. Rasa nyeri menjalar di seluruh tubuhku. Perih. Namun, yang lebih menyakitkan adalah aku telah membuat Jaejoong khawatir. Jaejoong memelukku. Erat, sangat erat dan menangis. Oh Tuhan… Aku sangat jahat..
“Jae..joong.. ja..ngan me….nangis.. argh..” hiburku sambil menahan sakit.
Ia memasukan obatku ke dalam mulutnya lalu meminum air.
“Jae ??”
Ia menciumku. Perlahan, obat itu berpindah dari mulutnya ke mulutku. Aku terkejut. Setelah aku menelan obat tersebut ia menangis.
“Chunghee, jangan tinggalkan aku.. Kumohon… Aku mencintaimu !!” kata Jaejoong di sela tangisnya.
“Jaejoong…” aku mulai merasakan efek obat tersebut.
“Naddo saranghaeyo..” jawabku lirih lalu aku tertidur.
[end of Flashback]
Pagi itu, saat aku terbangun aku menadapati Jaejoong tertidur di sampingku sambil tersenyum. Tangannya memegang selembar kertas. Aku menarik kertas itu perlahan, aku membacanya. Ternyata itu adalah pemberitahuan mengenai operasiku. Aku menangis. Aku takut. Bagaimana jika gagal ?
Jaejoong terbangun dan melihatku menangis. Ia memelukku.
“Ada apa ??” tanya Jaejoong.
Aku mengembalikan surat pemberitahuan yang tadi kuambil. Ia menatapku, sedih. Aku membuatmu sedih lagi kan ??
“Aku yakin operasi ini akan berhasil !” ujar Jaejoong optimis, seperti biasa.
“Kuharap begitu..” gumamku.
“Apa ?” tanya Jaejoong.
“Tidak, lupakan saja..” jawabku.
15 September, itu hari operasiku. Apakah akan gagal ?? Atau malah berhasil ?? Apa yang terjadi kalau gagal ?? Apa aku akan mati begitu saja ?? Jaejoong mengenggam erat tanganku sebelum aku masuk ke dalam ruang operasi. Tangannya berkeringat.
Aku memasuki ruangan operasi. Bau obat menusuk hidung. Oppa menyuntikkan obat bius. Bisa kurasakan, obat itu menyebar dengan cepat dalam tubuhku.
+++
“Chunghee-ah !!!” seru seseorang.
Dengan berat aku perlahan membuka mata. Apa aku telah mati ?? Aku melihat sosok ibuku tersenyum bahagia menyambutku. Apa aku benar-benar menyusul ibu ?? Namun, sosok ibu perlahan memudar. Seelum menghilang sepenuhnya, ibu memelukku. Hangat.
“Chunghee-ah !!!” seru sebuah suara lagi. Kali ini suara itu terdengar lebih berat.
Saat aku membuka mataku, aku dikelilingi ayah dan oppa. Operasinya berhasil ?? Mereka tersenyum bahagia. Bahkan beberapa suster menangis sambil memeluk satu sama lain.
“Engh…”
“Chunghee !!! Operasinya berhasil !!!” seru oppa sambil memelukku.
“Chunghee, sekarang kamu sembuh !!!” seru ayahku.
“Di mana Jaejoong..??” tanyaku.
“Hehehe, liat saja nanti, ia menyiapkan kejutan untukmu..” kata oppa.
“Jantungku kan masih lemah, babo !” jawabku sambil tertawa.
“Apapun itu, ayah menyetujuinya” kata ayahku.
Pintu dibuka. Itu Jaejoong.
“Jagiya, sekarang kamu sudah sembuh…” kata Jaejoong pelan.
Aku mengangguk senang.
“Marry me, Lee Chunghee !” kata Jaejoong sambil berlutut di samping tempat tidurku dan memberikan cincin kepadaku.
Aku terkejut. Senang. Aku menoleh ke arah oppa dan ayahku. Mereka tersenyum sambil mengangguk setuju.
“I do..”
+++
Hyukjae’s POV
Satu bulan setelah operasi adikku berjalan sukses. Namun, ia harus tinggal sementara disini untuk dipantau keadaan fisiknya pasca operasi. Nampak keanehan dari diagram kesehatan fisiknya. Bukannya meningkat malah menurun. Mengapa ini bisa terjadi ?? Apakah salah seorang suster salah mencatat ??
Aku mendiskusikan hal tersebut dengan dokter-dokter senior di rumah sakit ini. Namun, mereka hanya bisa menggeleng pasrah dan mengatakan batas hidup adikku hanya sampai tanggal 12 November. Tidak mungkin !! Mengapa 12 November ?!! Itu hari ulang tahunnya !! Mengapa ia harus pergi secepat itu ??!!
Air mataku tak bisa di bendung lagi. Dengan berat hati, aku memberitahukan hasil diskusi kami kepada ayahku dan Jaejoong. Mereka sama shock-nya denganku. Jaejoong mencoba menyangkal ini semua.
Jaejoong’s POV
Mengapa 12 November ?!!!! Ya Tuhan, jangan ambil dia di hari ulang tahunnya.. Aku menangis sejadi-jadinya di lorong rumah sakit. Mengapa ??!! Ia baru saja berjanji untuk menikah denganku. Aku membaca diagram kesehatannya sekali lagi. Air mataku terjatuh di lembar diagram tersebut.
Aku menghapus air mataku untuk sekian kalinya, namun air mataku terus menerus leleh. Dengan berat hati aku memasuki kamar Chunghee. Ia tersenyum padaku. Aku tidak tahan melihat senyum manisnya yang penuh kehidupan tersebut. Sulit dipercaya.
“Jagi, ada apa ? Mengapa kau menangis ??” tanya Chunghee dengan lembut.
“Tidak apa-apa. Aku menangis karena tiap hari kondisimu makin membaik.. Tangis bahagia” jawabku berat.
“Sungguh ??!” tanya Chunghee penuh harap.
Aku mengangguk dengan setengah hati.
“Wah.. Baguslah..” ujarnya lagi.
“Bulan depan ulang tahunmu…” bisikku.
“Kau sudah menyiapkan kado ?????” tanyanya antusias. Aku menjadi merasa bersalah.
“Mianhae-yo, jagiya..” aku meringis.
“Ohh, ga papa kan masih sebulan lagi…”
Satu bulan adalah putaran waktu yang sangat cepat, kau tahu itu ??
+++
“Jaejoong, ulang tahunku besok lusa !!! Apakah kau sudah membeli kado ??” tagih Chunghee.
“Mianhae-yo.. Aku bingung ingin memberimu apa..” jawabku dengan rasa bersalah.
“Ahh, tidak apa-apa..” jawabnya.
“Kau ingin apa ?? Aku akan berusaha memenuhinya” jawabku.
Ia memandangi cincin yang melingkar di jari manisnya.
“Ayo kita ke pantai !” ajaknya penuh semangat.
“APA ?!! Tapi.. Tapi pasti akan sangat dingin di pantai..” tolakku.
“Gwencana-yo.. Lagipula diagram kesehatanku mulai meningkat dengan drastis kan ?? Aku juga merasa aku semakin sehat !!!” ujarnya penuh semangat.
Mata indahnya menatapku penuh harap. Aku terpaksa mengangguk. Lalu aku keluar dari kamarnya.
Ya Tuhan, ia mengajukan syarat yang paling berat untuk ku penuhi.. Apa yang harus kulakukan ?? Kumohon beri dia kelonggaran satu hari lagi, jangan bawa ia pergi di hari ulang tahunnya..
+++
Aku dan Chunghee pergi ke pantai. Aku menurunkan kursi roda dari mobilku. Perih rasanya. Namun, aku telah berjanji padanya. Saat ia ku tuntun untuk duduk di kursi roda ia menolak.
“Sudah lama aku tidak berlarian di pantai…” ujarnya.
“Tapi hari ini dingin sekali.. Ayolah, kumohon..” pintaku agar ia duduk di kursi roda.
“Jae.. Sekali ini saja ??” pintanya penuh harap.
Aku menghela nafas dengan berat. Aku pun mengangguk. Ia tersenyum senang. Ia berlarian di pantai. Namun, aku khawatir.. Bagaimana jika ia terjatuh tiba-tiba ??
“Jagiya, hati-hatii~~!!!” teriakku dari kejauhan.
Ia pun menghampiriku dan mengecupku.
“Ini kencan pertama kita di luar rumah sakit ! Aku sangat senang !!!” teriaknya, seolah-olah ingin membagi kebahagiannya kepada dunia.
Aku tersenyum. Ia benar, ini kencan pertama kami di luar rumah sakit. Karena selama ini kita hanya kencan di rumah sakit. Jika tidak di taman rumah sakit yaa.. Di cafeteria rumah sakit.
“Bagaimana jika malam ini kita menginap di hotel itu ??” kataku sambil menunjuk hotel yang tidak jauh dari lokasi kami.
Wajah Chunghee merona dan menatapku heran.
“Bukan !! Jangan berpikiran yang tidak-tidak, maksudku.. Agar besok kita bisa bermain di sini lagi..” ujarku.
“Ohh… Ayo !!!” Chunghee menerima ajakanku tersebut.
Kami menikmati sisa hari ini dengan minum teh di café hotel tersebut. AKu merasa sedih, karena hari ini akan berakhir begitu saja. Kami mengobrol mengenai banyak hal, tentang rencana pernikahan kami nanti, jumlah anak kami nanti, busana pernikahan dan tempat untuk menghabiskan bulan madu kami. hatiku teriris-iris mendengar celotehannya mengenai masa depan.
Tak terasa sudah jam 23.30 malam, kami pun check in dan masuk ke dalam kamar hotel, ia mengganti pakaiannya di kamar mandi sementara aku menonton televisi. Saat ia keluar dari kamar manid, ia langsung berbaring di sampingku.
“Kau yakin tidak ingin melakukannya ?” tanyanya polos.
“Apa ?!! Aku tidak ingin melakukannya sampai kita menikah..” jawabku, malu..
“Aku bercanda..”
Ia terdiam menatapku dengan pandangan kosong. Ia menarik tanganku agar melingkar di pinggangnya.
“Seandainya aku meninggal sekarang, aku ingin meninggal dalam pelukanmu..” bisiknya lirih.
“Bicara apa kau ?? Kau sudah sembuh !!” jawabku optimis.
“Jae, aku teringat masa lalu, saat kau menyatakan perasaanmu, ciuman pertama kita, kencan pertama kita.. Saat kau memelukku dengan hangat disaat penyakitku kambuh..” suaranya makin kecil.
Aku melirik jam, 23.45.
“Jangan bicara seperti itu..” bisikku sambil mencium rambutnya.
“Apa kau masih ingat semua itu ??”
“Tentu…” aku menahan air mataku agar tidak membanjir keluar.
“Jae.. Hari ini aku merasa sangat senang. Sangat senang. Saking senangnya aku lupa akan rasa sakitku”
“Chunghee..” aku menggigit bibirku.
“Jae, jika aku meninggalkanmu sekarang.. Aku akan pergi dengan bahagia..”
“Stop !!!” tegurku.
Aku melirik jam lagi, 00.00. ia terdiam.
“Chunghee ??” panggilku. Namun tidak ada jawaban.
“Kau tertidur ??” tanyaku lagi.
“Hampir saja aku tertidur..” jawabnya pelan.
“Aku bahagia… Bisa bertemu denganmu..” ujar Chunghee lagi.
“Chunghee !! Jangan bicara seperti itu !!!!!!!!!”
“Jae, aku ingin meninggalkan dunia ini saat aku berada di dalam pelukanmu yang hangat. Sehingga aku tetap merasakan kehangatan itu selamanya…”
00.05 hari telah berganti. Seenak aku merasa senang… Para dokter itu salah..
“Jae, aku terlalu senang sampai-sampai aku merasa lelah…”
“Chunghee, ayo tidur…”
“Jangan lepaskan pelukanmu ya ?”
“Iya, aku janji !!!!!” aku mempererat pelukanku.
“Bagus.. Sekarang, tutup matamu.. Ayo kita bertemu dalam mimpi !!”
“Ayo…”
+++
Sesaat setelah aku memejamkan mataku, aku tidak merasakan ada nafas yang hangat di sekitar Chunghee. Aku juga merasakan bahwa suhu tubuhnya lebih dingin dari suhu manusia yang masih hidup.
“CHUNGHEE ?!!!” aku meneriakkan namanya.
“Jangan teriak, babo.. Aku berusaha untuk tidur..” bisiknya.
Untuk sesaat aku merasa lega.
“Jaejoong, Kim Jaejoong, aku Lee Chunghee mencintaimu selamanya…” ujar Chunghee.
Setelah itu nafas hangatnya terhenti. Tubuhnya membeku. Aku mengguncangkan tubuhnya agar ia terbangun. Aku mengecup bibirnya. Dingin. Pucat.
“Chunghee, Lee Chunghee, aku Kim Jaejoong mencintaimu selamanya..” ujarku sambil menahan tangis.
Tuhan mengabulkan permintaanku, ia member Chunghee kelonggaran 1 hari. Seharusnya ia pergi pada tanggal 12 November, namun, ia pergi pada tanggal 13 November. Aku menangis sekencang-kencangnya. Memeluk tubuhnya yang sudah membeku itu. Aku menangis semalaman penuh hingga air mataku serasa kering.
“Saranghaeyo youngwonhi……….”
+++
Bunga krisan putih. Orang-orang berbusana seba hitam. Air mata yang tumpah. Pundak bergetar.
Aku menatap kosong pada sebuah batu nisan. Aku sudah tidak bisa menangis lagi. Kata-katanya semalam masih terngiang-ngiang dalam kepalaku..
“Seandainya aku meninggal sekarang, aku ingin meninggal dalam pelukanmu..”
“Jae, aku ingin meninggalkan dunia ini saat aku berada di dalam pelukanmu yang hangat. Sehingga aku tetap merasakan kehangatan itu selamanya…”
“Jaejoong, Kim Jaejoong, aku Lee Chunghee mencintaimu selamanya…”
Eunhyuk berusaha menghiburku walaupun dirnya sendiri tenggelam dalam kesedihan yang sangat dalam.
Saat semua orang mulai meninggalkan makam itu, aku tetap tinggal untuk menemaninya. Aku ingin menyusulnya. Aku ingin melihat senyumnya lagi. Seketika itu aku melihat mobilku. Aku masuk kedalam mobilku. Melajukan mobilku hingga batas kecepatan tertinggi. Setelah itu, aku tak menyadari apa-apa.
+++
Segalanya berwarna putih menyilaukan. Aku melihat senyumnya lagi. Ia mengulurkan tangannya untuk menyambutku.
“Jagiya..” panggilku
~end~
p.S : Wandaaa, FF request-mu udah selesaai ! Cuma masih dalam proses pengeditan .. hehe .. sabar y.. – –
Tag:Jaejoong
Last Visit